Senin, 12 Januari 2015

6 Jendral Terhebat Zaman Kerajaan



Seorang Jendral di zaman kerajaan adalah sosok yang paling penting setelah raja atau pimpinannya karena kehebatannya akan menjadi panutan dan kebanggaan bagi rakyat. Dan terkadang banyak pujian-pujian atas kehebatannya terlalu dilebihkan oleh masyarakat, jadi kisah mereka terkadang sulit dibedakan antara kisah nyata dan fiksi. Dari sekian banyak jendral zaman kerajaan di dunia, inilah 6 Jendral terhebat menurut conqueror-kingdom :




6. Gajah Mada


Patung Gajah Mada di Air Terjun Madakaripura, Jawa Timur, Indonesia

Gajah Mada (wafat k. 1364) adalah seorang panglima perang dan tokoh yang sangat legendaris dari zaman kerajaan Majapahit (1293–1527) dalam sejarah nusantara Indonesia. Menurut berbagai sumber mitologi, kitab, dan prasasti dari zaman Jawa Kuno, ia memulai kariernya tahun 1313. Gajah Mada terkenal dengan sumpahnya, yaitu Sumpah Palapa (Sumpah mengalahkan Nusantara), yang tercatat di dalam Pararaton. Di dalam Kakawin Gajah Mada, Gajah Mada dianggap penjelmaan Sang Hyang Narayana (Dewa Wisnu) ke atas dunia. Menurut beberapa kisah Gajah Mada dikatakan sakti mandraguna ( kekuatan luar biasa). Asal usul kelahiran dan kematian Gajah Mada masih belum jelas.


5. Musashibō Benkei




Musashibō Benkei (? - 15 Juni 1189) atau populer dengan sebutan Benkei adalah seorang sohei atau pendekar biksu di akhir zaman Heian (794 - sekitar 1185) dalam sejarah Jepang. Benkei adalah seorang biksu di Gunung Hiei yang menggemari seni bela diri. Pengikut setia Minamoto no Yoshitsune setelah kalah berduel dengannya di atas Jembatan Gojō, Kyoto. Kisah kehidupan Benkei sulit dibedakan antara kisah nyata dan fiksi. Ia dikisahkan sebagai putra dari pendeta Buddha di kuil Shinto bernama Tanzō yang menjabat penguasa wilayah sekaligus panglima angkatan laut Kumano. Dalam kisah Gikeiki, ayah Benkei disebut bernama Benshō, sedangkan dalam Benkei Monogatari ayah Benkei bernama Benshin. Sewaktu masih kecil, ayahnya bermaksud membunuh Benkei yang dikira anak keturunan iblis. Perbuatan ini dicegah oleh bibinya yang lalu membesarkan Benkei di Kyoto, dan memberinya nama Oniwaka (anak jin). Sesampainya di Kyoto, Benkei bercita-cita mengumpulkan 1.000 bilah pedang (Tachi). Pedang-pedang dirampasnya dengan cara menantang duel samurai yang kebetulan sedang lewat. Ketika bertemu dengan Yoshitsune yang sedang meniup seruling di atas Jembatan Gojō, Benkei sudah berhasil mengumpulkan 999 bilah pedang dan tinggal merampas satu bilah pedang lagi, yang berarti Benkei belum pernah terkalahkan dalam 999 kali duel melawan samurai. Benkei justru berhasil ditaklukkan Yoshitsune dengan kecerdikannya.

Sewaktu Yoshitsune bertikai dengan Yoritomo, Benkei mendampingi Yoshitsune melarikan diri ke Provinsi Ōshu untuk meminta perlindungan kepada Fujiwara no Hidehira. Benkei membela Yoshitsune yang diserang pasukan Fujiwara no Yasuhira dalam pertempuran di Koromogawa no tachi. Pertempuran berjalan tidak seimbang. Benkei menghadapi pasukan lawan yang jumlahnya lebih banyak dengan mengayun-ayunkan naginata. Namun akhirnya Benkei tewas dihujani anak panah. Peristiwa kematian Benkei dikenal sebagai "Benkei tewas berdiri" (Benkei no Tachi Ōjō) karena Benkei tewas sambil berdiri kaku.



4. Akhilles

http://koei.wikia.com/wiki
 
Akhilles adalah prajurit legendaris Yunani yang terlibat dalam Perang Troya (abad ke-13 atau ke-12 SM). Dalam mitos Yunani yang diceritakan di dalam Kumpulan Cerita-cerita Kepahlawanan Yunani  terutama di dalam Iliad, salah satu dari dua puisi kepahlawanan Homer, seorang seniman Yunani Kuno. Akhilles dipercaya banyak orang sebagai setengah dewa. Ini dikarenakan ibunya adalah Thetis salah satu dari 50 Nereid (Anak dari Nereus dan Doris). Akhilles dipercayakan kepada Centaur bernama Khiron (guru bagi banyak pahlawan Yunani) di Gunung Pelion untuk melatih Akhilles. Akhilles diakui kekuatannya setelah dia mengalahkan Hector (seorang pangeran dan pahlawan terbesar kerajaan Troya), dalam perang itu Hector tak terkalahkan dalam pertarungan melawan pahlawan Yunani selain Akhilles. 

Saat Akhilles lahir, Thetis berusaha untuk menghilangkan sifat ketidak abadian Akhilles yang didapat dari ayahnya Peleus (manusia). Hanya saja, saat mencelupkan ke sungai, Thetis harus memegang tumit Akhilles meninggalkan tempat yang tidak tercelup air. Versi lain dari cerita ini adalah Thetis mengoleskan bunga Ambrosia pada siang hari, kemudian membakar bayi Akhilles pada malam hari agar bagian tubuh manusianya lenyap, namun usaha Thetis dihentikan oleh Peleus, sehingga tumit kiri Akhilles masih berupa tumit manusia biasa. Itu sebab, satu-satunya cara membunuh Akhilles adalah dengan melukai tumitnya. Dalam Perang Troya, Paris membunuh Akhilles dengan cara memanah tumitnya. Kisah ini menjadi asal-usul ungkapan, “tumit Akhilles ” yang berarti titik lemah utama seseorang. 


3. Bima atau Bimasena

Bima atau Bimasena adalah seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata berasal dari Kerajaan Kuru  (Kerajaan pada zaman India kuno). Kata bhima dalam bahasa Sanskerta artinya kurang lebih adalah 'hebat', 'dahsyat', 'mengerikan'. Nama lain Bima yaitu Wrekodara, dalam alih aksara bahasa Sanskerta dieja vrkodhara, artinya ialah "perut serigala", dan merujuk ke kegemarannya makan. Nama julukan yang lain adalah Bhimasena yang berarti panglima perang. Ia adalah putra Kunti dan juga dikatakan merupakan penjelmaan dari Dewa Bayu (sang dewa angin). Dia dikenal sebagai tokoh Pandawa yang kuat, bersifat selalu kasar dan menakutkan bagi musuh, walaupun sebenarnya berhati lembut. Bima setia pada satu sikap, yaitu tidak suka berbasa-basi, tak pernah bersikap mendua, serta tidak pernah menjilat ludahnya sendiri. Saudara seayahnya ialah Hanoman, wanara (manusia berekor monyet) terkenal dalam epos Ramayana. Bima dikatakan memiliki kekuatan setara dengan tujuh puluh gajah.


2. Lu Bu


Lu Bu (153 – 198), nama lengkap Lü Fengxian, lahir di Wuyuan (sekarang Mongolia Dalam) adalah Panglima jenderal terkenal dari penghujung zaman Dinasti Han dan Tiga Negara dalam sejarah Tiongkok (221 – 269 Masehi). Lu Bu dengan ciri khas memakai penutup kepala dengan ekor, ia memiliki kuda bernama Terwelu Merah atau Red Hare yang dikenal karena daya tahannya dalam pertempuran. Kuda ini berasal dari Fergana dan menurut legenda dapat berlari sejauh 1000 li (500 km) dalam satu hari. Dia diakui sebagai jenderal terkuat di daratan Cina. Lu Bu pernah berduel dengan Zhang Fei, Guan Yu dan Liu Bei, dia sama sekali tidak terlihat kelelahan dan berakhir seri. Saat perang terakhirnya, Lu Bu mengatakan: "walaupun seribu orang datang, tidak akan membuat lututku gemetar". Yang terkuat diantara pria adalah Lu Bu dan diantara kuda adalah Terwelu Merah atau Red Hare.

Lu Bu merupakan seseorang yang penuh dengan sifat ambisi menghalalkan segala cara dan mudah dihasut, karena itu dia mudah berkhianat. Lu Bu bisa di katakan sebagai lambang pengkhianatan dan dia juga mungkin bisa dijuluki Dewa perang yang berarti dewa pembawa peperangan.


1. Guan Yu



Guan Yu (160 - 219) dikenal juga sebagai Kwan Kong, Guan Gong, atau Kwan Ie.adalah seorang jenderal terkenal yang mengabdi pada Liu Bei dari Zaman Tiga Negara dalam sejarah Tiongkok (221 – 269 Masehi). Dia bersumpah setia mengangkat saudara dengan Liu Bei (kakak tertua) dan Zhang Fei (adik terkecil).  Selain terkenal akan kekuatannya dia juga menjadi lambang atau tauladan sebagai kesatria sejati yang selalu menempati janji, tidak goyah akan harta, kekuasaan, kedudukan dan setia pada sumpahnya terhadap saudara-saudara angkatnya.

Patung Guan Yu di Semarang, Indonesia
Disamping dipuja sebagai lambang kesetiaan dan kejujuran, Guan Yu dipuja umat Taoisme, Konfusianisme dan Buddhisme, Kaum Taoist memujanya sebagai Dewa pelindung dari malapetaka peperangan, sedangkan kaum Konfusianisme menghormati sebagai Dewa Kesusasteraan dan Dewa Pelindung Perdagangan. Julukan Dewa Perang sebagai umumnya dikenal dan dialamatkan kepada Guan Yu, harus diartikan sebagai Dewa untuk menghindarkan peperangan dan segala akibatnya yang menyengsarakan rakyat, sesuai dengan watak Guan Yu yang budiman.

Dan kaum Buddhis memujanya sebagai Hu Fa Qie Lan atau Qie Lan Pu Sa atau Sangharama Bodhisattva adalah gelar atau sebutan lain untuk jendral ini  yaitu pelindung kepada ajaran Buddha. Jenderal yang sangat gagah dan setia ini menjadi pengikut Buddha setelah arwahnya bertemu dengan seorang bhiksu bernama Pu Jing di gunung Yuquan. Saat itu arwahnya sedang menuntut balas atas perbuatan para jendral Wu yang memenggal dirinya. Ia berteriak "kembalikan kepalaku!!" Bhiksu Pu Jing lalu berkata, "Kepada siapakah Yan Liang, Wen Chou, dan para panglima lain yang kepalanya kau tebas berteriak?" Guan Yu lalu sadar dan berlindung kepada Sang Triratna dan Dhamma. Keberadaan Bhiksu Pu Jing sendiri disebutkan dalam sejarah dan tempat gubuknya berdiri di gunung Yuquan sekarang menjadi kuil Yuquan.
 
Sumber :
1. http://id.wikipedia.org
2. http://www.tionghoa.info
 

Tidak ada komentar: