Kamis, 22 Januari 2015

Abad Ke 19 Di Dunia



Abad ke 19 bisa disebut juga zaman keemasan koboi, lalu bagaimana keadaan di beberapa daerah dunia sewaktu koboi berkeliaran di Amerika, menurut conqueror-kingdom :





• Amerika Serikat  abad  ke 19



Setelah akhir Perang Saudara Amerika Serikat (1861–1865) dan semakin meluasnya industri ternak, para mantan tentara dari kedua belah pihak mulai berbondong-bondong untuk mencari pekerjaan, termasuk beberapa warga Afrika-Amerika yang juga tertarik untuk menjadi Koboi atau Cowboy. Untuk menghadapi kemungkinan pencurian ternak dan serangan Indian, para koboi dilengkapi senjata pistol dan senapan. Hal ini dikarenakan antara lain penegakan hukum di daerah tersebut tidak cukup tegas pada awalnya, ditambah dengan wilayah tersebut yang memiliki banyak karang dan gua-gua yang dapat dijadikan tempat persembunyian yang strategis bagi para bandit dan Indian. Suku-suku Indian bersikap bermusuhan terhadap orang kulit putih, yang dianggap melanggar kedaulatan mereka. Selain itu tembakan pistol juga digunakan untuk mengendalikan kawanan ternak.Saat itu setiap warga sipil memiliki pistol atau senapan untuk melindungi diri yang di atur Undang-Undang Milisi tahun 1792. Senjata api jenis pistol Revolver dan senapan  Karabin yang paling banyak digunakan. Saat mereka kehilangan senjata, mereka biasanya membela diri dengan tinju dan gulat. Sebenarnya zaman koboi di Amerika diawali dari Meksiko. Dan para koboi juga tidak selalu bekerja untuk peternakan, tapi bekerja juga untuk pertambangan emas pada zaman demam emas (1848) dan pengeboran minyak pada zaman demam minyak (1859).




Zaman keemasan koboi sebenarnya tidak berlangsung lama. Dari tahun ke tahun semakin banyak pendatang bermukim, mengubah padang-padang rumput menjadi lahan pertanian dan memagarinya. Dengan demikian semakin sukar untuk menggiring ternak melintasi jarak yang jauh tanpa cekcok dengan para pemukim baru ini, dan akhirnya pada tahun 1890 para pengusaha ternak terpaksa beralih ke usaha peternakan di padang yang dikelilingi kawat berduri, dan dekat ke stasiun kereta api. Walaupun zaman koboi telah berakhir, tapi kepemilikan senjata api bagi warga sipil masih berlaku sampai sekarang.


Pada abad ke-19, suku Indian melawan pemerintah Amerika Serikat yang berusaha menggusur mereka. Pemukiman Eropa secara bertahap mendesak Suku-suku Indian ke barat dan barat daya. Suku Indian memakai busur dan anak panah, pisau, serta pentung sebagai senjata. Tapi kebanyakan mereka membawa kapak tomahawk. Mereka juga menguasai beladiri gulat indian. Akhirnya pada 1890 mereka menetap di beberapa reservat yang tersebar. 




• Eropa abad 19



Di awal abad ke 19 sebagian masyarakat eropa selalu membawa pedang (jenis smallsword, rapier, dan foil) dan pistol (jenis flintlock) di selipkan di ikat pinggang untuk melindungi diri dari bandit atau menghadapi duel (duel pistol atau duel anggar). Di pertengahan sampai akhir abad 19 eropa sudah menjadi benua yang maju akibat revolusi industry. Pedang sudah jarang dipakai karena lebih praktis menggunakan pistol (jenis revolver), pedang dimodifikasi menjadi pedang yang dimasukkan ke cane (tongkat bantu jalan), mereka membawanya hanya untuk melindungi diri dari penjahat di jalanan.



• Tiongkok abad 19

Pada era pemerintahan Dinasti Qing (1644–1912), orang-orang Manchu sempat menjadi khawatir jika orang-orang Han berambisi untuk mengembalikan kejayaan Dinasti Ming. Mereka mengeluarkan larangan atas Kungfu dan melakukan penangkapan terhadap ahli - ahli Kungfu yang dianggap bisa mengajarkan Ilmu Bela Diri yang dapat dipakai untuk melakukan pemberontakan. Dengan alasan tersebut, banyak orang-orang Tiongkok yang kemudian memilih untuk mengajarkan ilmu-ilmu Kungfu secara tersembunyi guna menghindari masalah dengan Pemerintah Qing. Banyak juga ahli bela diri yang menyimpan ilmu mereka dalam seni akrobat, drama, pertunjukkan, memasak, pengobatan dan menyembunyikan kungfu ini kedalam opera. Para ahli kung fu mulai muncul saat akhir dinasti qing dan melakukan Pemberontakan Boxer (1899 – 1901) melawan kekuasaan asing Aliansi Delapan Negara. Masyarakat Tiongkok menggunakan kung fu tangan kosong untuk membela dirinya, sedangkan para bangsawan selain kung fu mereka juga selalu membawa pistol (jenis flintlock).



• Timur tengah abad ke 19



Di timur tengah banyak masyarakat yang membawa Jambia dengan diselipkan di ikat pinggang untuk melindungi diri dan juga sebagai symbol, di beberapa kalangan bangsawan membawa juga pistol revolver. Karena pada abad itu timur tengah selalu dilanda peperangan menyebabkan munculnya bandit. Sampai sekarang jambia masih dibawa oleh masyarakat Yaman tapi sebagai simbol dan hiasan. 


• Indonesia Abad ke 19

Pada abad ke 19 Indonesia dijajah kerajaan Belanda dan disebut Hindia Belanda. Masyarakat eropa di Hindia Belanda tidak jauh berbeda dengan kehidupan eropa. Buku sejarah di Eropa mengatakan bahwa tentara abad ke 19 di Indonesia dipersenjatai dengan keris di pinggang. Banyak kerajaan di Indonesia yang masih berdaulat pada abad 19. Masyarakat Indonesia di beberapa daerah selalu membawa keris yang diselipkan di pinggang dan mungkin para bangsawan selain keris membawa juga pistol jenis flintlock. Biasanya diikuti juga dengan penguasaan beladiri tangan kosong Pencak silat atau silat.

Sedangkan di kesultanan Aceh (1496–1903) saat keadaan bukan perang masyarakatnya membawa rencong yang diselipkan di pinggang dan mungkin para bangsawan selain rencong membawa juga pistol jenis flintlock. Setelah seluruh Indonesia dikuasai pemerintah kolonial Belanda menetapkan peraturan warga tidak boleh memakai rencong, keris, dan senjata saat bepergian. 

Di seluruh Indonesia selama masa pemerintahan kolonial Belanda masyarakat mengalami kerja rodi di perkebunan. Pemerintah kolonial Belanda memperkejakan para ningrat dan jawara (mungkin bekas sisa pasukan kerajaan yang berkhianat) untuk menjadi mandor karena keahlian silatnya untuk mengawasi para budak dan pekerja rodi. Biasanya mereka dengan gagahnya membawa golok atau celurit yang diselipkan di pinggang (golok dan celurit tidak dianggap senjata, tapi alat berkebun). 
 
Tapi ada juga sisa pasukan kerajaan yang tidak memihak belanda, mereka menjadi bandit dan melakukan pemberontakan skala kecil ke pemerintah kolonial Belanda, mereka biasanya dilindungi para ulama (mungkin seperti sejarah kuil shaolin di Tiongkok). Golok yang terselip di pinggang para Jawara mulai hilang sejak tahun 1970-an saat pihak pemerintah Indonesia melarang membawa senjata tajam ke luar rumah untuk menjaga keamanan dan ketertiban, karena zaman sudah berubah.

  



• Jepang Abad ke 19


Pada akhir zaman edo kelaparan dan kemiskinan terjadi akibat kegagalan panen, gangguan pihak barat dan banyak kaum samurai yang memanfaat keadaan itu dengan memeras pedagang dan petani yang mengakibatkan banyak pemberontakan dari petani. Sehingga keshogunan membuka lowongan bagi para ronin menjadi pengawal shogun. Pada waktu itu, ronin palsu juga banyak bermunculan. Penduduk kota dan petani yang tidak dilahirkan dari kalangan samurai banyak yang mengaku sebagai ronin, memamerkan katana di pinggang, dan memakai nama keluarga samurai dengan semaunya. Sedangkan para bangsawan dan samurai politik membawa katana dan biasanya dipasangkan dengan wakizashi atau shōtō, mungkin juga membawa pistol (jenis flintlock atau revolver).  Biasanya diikuti juga dengan penguasaan beladiri tangan kosong Jujutsu. Pada zaman Restorasi Meiji adanya pemberlakuan larangan membawa pedang selain petugas keamanan oleh pemerintah Meiji (1868–1912). 

 CAUTION : Saya Peringatkan bahwa data-data yang ada dalam postingan kali ini belumlah valid dan masih bersifat spekulatif atau masih berupa perkiraan atau pandangan saya dan masih perlu banyak penulusuran lebih lanjut terhadap data-data yang saya tampilkan. maka dari pengunjung blog dapat menyampaikan ralat atau kritiknya via komentar blog. terima kasih

Tidak ada komentar: