Abad
ke 19 bisa disebut juga zaman keemasan koboi, lalu bagaimana keadaan di beberapa
daerah dunia sewaktu koboi berkeliaran di Amerika, menurut conqueror-kingdom :
Setelah akhir Perang Saudara Amerika Serikat (1861–1865) dan semakin meluasnya industri ternak, para mantan tentara dari kedua belah pihak mulai berbondong-bondong untuk mencari pekerjaan, termasuk beberapa warga Afrika-Amerika yang juga tertarik untuk menjadi Koboi atau Cowboy. Untuk menghadapi kemungkinan pencurian ternak dan serangan Indian, para koboi dilengkapi senjata pistol dan senapan. Hal ini dikarenakan antara lain penegakan hukum di daerah tersebut tidak cukup tegas pada awalnya, ditambah dengan wilayah tersebut yang memiliki banyak karang dan gua-gua yang dapat dijadikan tempat persembunyian yang strategis bagi para bandit dan Indian. Suku-suku Indian bersikap bermusuhan terhadap orang kulit putih, yang dianggap melanggar kedaulatan mereka. Selain itu tembakan pistol juga digunakan untuk mengendalikan kawanan ternak.Saat itu setiap warga sipil memiliki pistol atau senapan untuk melindungi diri yang di atur Undang-Undang Milisi tahun 1792. Senjata api jenis pistol Revolver dan senapan Karabin yang paling banyak digunakan. Saat mereka kehilangan senjata, mereka biasanya membela diri dengan tinju dan gulat. Sebenarnya zaman koboi di Amerika diawali dari Meksiko. Dan para koboi juga tidak selalu bekerja untuk peternakan, tapi bekerja juga untuk pertambangan emas pada zaman demam emas (1848) dan pengeboran minyak pada zaman demam minyak (1859).
Zaman keemasan koboi sebenarnya tidak berlangsung lama. Dari tahun ke tahun semakin banyak pendatang bermukim, mengubah padang-padang rumput menjadi lahan pertanian dan memagarinya. Dengan demikian semakin sukar untuk menggiring ternak melintasi jarak yang jauh tanpa cekcok dengan para pemukim baru ini, dan akhirnya pada tahun 1890 para pengusaha ternak terpaksa beralih ke usaha peternakan di padang yang dikelilingi kawat berduri, dan dekat ke stasiun kereta api. Walaupun zaman koboi telah berakhir, tapi kepemilikan senjata api bagi warga sipil masih berlaku sampai sekarang.
•
Amerika Serikat abad ke 19
Setelah akhir Perang Saudara Amerika Serikat (1861–1865) dan semakin meluasnya industri ternak, para mantan tentara dari kedua belah pihak mulai berbondong-bondong untuk mencari pekerjaan, termasuk beberapa warga Afrika-Amerika yang juga tertarik untuk menjadi Koboi atau Cowboy. Untuk menghadapi kemungkinan pencurian ternak dan serangan Indian, para koboi dilengkapi senjata pistol dan senapan. Hal ini dikarenakan antara lain penegakan hukum di daerah tersebut tidak cukup tegas pada awalnya, ditambah dengan wilayah tersebut yang memiliki banyak karang dan gua-gua yang dapat dijadikan tempat persembunyian yang strategis bagi para bandit dan Indian. Suku-suku Indian bersikap bermusuhan terhadap orang kulit putih, yang dianggap melanggar kedaulatan mereka. Selain itu tembakan pistol juga digunakan untuk mengendalikan kawanan ternak.Saat itu setiap warga sipil memiliki pistol atau senapan untuk melindungi diri yang di atur Undang-Undang Milisi tahun 1792. Senjata api jenis pistol Revolver dan senapan Karabin yang paling banyak digunakan. Saat mereka kehilangan senjata, mereka biasanya membela diri dengan tinju dan gulat. Sebenarnya zaman koboi di Amerika diawali dari Meksiko. Dan para koboi juga tidak selalu bekerja untuk peternakan, tapi bekerja juga untuk pertambangan emas pada zaman demam emas (1848) dan pengeboran minyak pada zaman demam minyak (1859).
Zaman keemasan koboi sebenarnya tidak berlangsung lama. Dari tahun ke tahun semakin banyak pendatang bermukim, mengubah padang-padang rumput menjadi lahan pertanian dan memagarinya. Dengan demikian semakin sukar untuk menggiring ternak melintasi jarak yang jauh tanpa cekcok dengan para pemukim baru ini, dan akhirnya pada tahun 1890 para pengusaha ternak terpaksa beralih ke usaha peternakan di padang yang dikelilingi kawat berduri, dan dekat ke stasiun kereta api. Walaupun zaman koboi telah berakhir, tapi kepemilikan senjata api bagi warga sipil masih berlaku sampai sekarang.
Pada
abad ke-19, suku Indian melawan pemerintah Amerika Serikat yang berusaha
menggusur mereka. Pemukiman Eropa secara bertahap mendesak Suku-suku Indian ke
barat dan barat daya. Suku Indian memakai busur dan anak panah, pisau, serta
pentung sebagai senjata. Tapi kebanyakan mereka membawa kapak tomahawk. Mereka
juga menguasai beladiri gulat indian. Akhirnya pada 1890 mereka menetap di
beberapa reservat yang tersebar.
• Eropa abad 19
Di
awal abad ke 19 sebagian masyarakat eropa selalu membawa pedang (jenis smallsword,
rapier, dan foil) dan pistol (jenis flintlock) di selipkan di ikat pinggang untuk
melindungi diri dari bandit atau menghadapi duel (duel pistol atau duel anggar).
Di pertengahan sampai akhir abad 19 eropa sudah menjadi benua yang maju akibat
revolusi industry. Pedang sudah jarang dipakai karena lebih praktis menggunakan
pistol (jenis revolver), pedang dimodifikasi menjadi pedang yang dimasukkan ke
cane (tongkat bantu jalan), mereka membawanya hanya untuk melindungi diri dari
penjahat di jalanan.
• Tiongkok abad 19
Pada era pemerintahan Dinasti Qing (1644–1912), orang-orang Manchu sempat
menjadi khawatir jika orang-orang Han berambisi untuk mengembalikan kejayaan
Dinasti Ming. Mereka mengeluarkan larangan atas Kungfu dan melakukan
penangkapan terhadap ahli - ahli Kungfu yang dianggap bisa mengajarkan Ilmu
Bela Diri yang dapat dipakai untuk melakukan pemberontakan. Dengan alasan
tersebut, banyak orang-orang Tiongkok yang kemudian memilih untuk mengajarkan
ilmu-ilmu Kungfu secara tersembunyi guna menghindari masalah dengan Pemerintah
Qing. Banyak juga ahli bela diri yang menyimpan ilmu mereka dalam seni akrobat,
drama, pertunjukkan, memasak, pengobatan dan menyembunyikan kungfu ini kedalam
opera. Para ahli kung fu mulai muncul saat akhir dinasti qing dan melakukan Pemberontakan
Boxer (1899
– 1901) melawan kekuasaan asing Aliansi Delapan Negara. Masyarakat Tiongkok
menggunakan kung fu tangan kosong untuk membela dirinya, sedangkan para
bangsawan selain kung fu mereka juga selalu membawa pistol (jenis flintlock).
• Timur tengah abad ke 19
Di
timur tengah banyak masyarakat yang membawa Jambia dengan diselipkan di ikat
pinggang untuk melindungi diri dan juga sebagai symbol, di beberapa kalangan
bangsawan membawa juga pistol revolver. Karena pada abad itu timur tengah selalu
dilanda peperangan menyebabkan munculnya bandit. Sampai sekarang jambia masih
dibawa oleh masyarakat Yaman tapi sebagai simbol dan hiasan.
• Indonesia Abad ke 19
Pada
abad ke 19 Indonesia dijajah kerajaan Belanda dan disebut Hindia Belanda. Masyarakat
eropa di Hindia Belanda tidak jauh berbeda dengan kehidupan eropa. Buku sejarah
di Eropa mengatakan bahwa tentara abad ke 19 di Indonesia dipersenjatai dengan
keris di pinggang. Banyak kerajaan di Indonesia yang masih berdaulat pada abad
19. Masyarakat Indonesia di beberapa daerah selalu membawa keris yang
diselipkan di pinggang dan mungkin para bangsawan selain keris membawa juga
pistol jenis flintlock. Biasanya diikuti juga dengan penguasaan beladiri tangan
kosong Pencak silat atau silat.
Sedangkan
di kesultanan Aceh (1496–1903) saat keadaan bukan perang masyarakatnya membawa
rencong yang diselipkan di pinggang dan mungkin para bangsawan selain rencong
membawa juga pistol jenis flintlock. Setelah seluruh Indonesia dikuasai pemerintah
kolonial Belanda menetapkan peraturan warga tidak boleh memakai rencong, keris,
dan senjata saat bepergian.
Di
seluruh Indonesia selama masa pemerintahan kolonial Belanda masyarakat
mengalami kerja rodi di perkebunan. Pemerintah kolonial Belanda memperkejakan
para ningrat dan jawara (mungkin bekas sisa pasukan kerajaan yang berkhianat)
untuk menjadi mandor karena keahlian silatnya untuk mengawasi para budak dan
pekerja rodi. Biasanya mereka dengan gagahnya membawa golok atau celurit yang
diselipkan di pinggang (golok dan celurit tidak dianggap senjata, tapi alat
berkebun).
Tapi ada juga sisa pasukan kerajaan yang tidak memihak belanda,
mereka menjadi bandit dan melakukan pemberontakan skala kecil ke pemerintah kolonial
Belanda, mereka biasanya dilindungi para ulama (mungkin seperti sejarah kuil
shaolin di Tiongkok). Golok yang terselip di pinggang para Jawara mulai hilang
sejak tahun 1970-an saat pihak pemerintah Indonesia melarang membawa senjata
tajam ke luar rumah untuk menjaga keamanan dan ketertiban, karena zaman sudah
berubah.
• Jepang Abad ke 19
Pada
akhir zaman edo kelaparan dan kemiskinan terjadi akibat kegagalan panen,
gangguan pihak barat dan banyak kaum samurai yang memanfaat keadaan itu dengan
memeras pedagang dan petani yang mengakibatkan banyak pemberontakan dari
petani. Sehingga keshogunan membuka lowongan bagi para ronin menjadi pengawal
shogun. Pada waktu itu, ronin palsu juga banyak bermunculan. Penduduk kota dan
petani yang tidak dilahirkan dari kalangan samurai banyak yang mengaku sebagai
ronin, memamerkan katana di pinggang, dan memakai nama keluarga samurai dengan
semaunya. Sedangkan para bangsawan dan samurai politik membawa katana dan biasanya
dipasangkan dengan wakizashi atau shōtō, mungkin juga membawa pistol (jenis
flintlock atau revolver).
Biasanya diikuti juga
dengan penguasaan beladiri tangan kosong Jujutsu. Pada zaman Restorasi Meiji adanya pemberlakuan larangan
membawa pedang selain petugas keamanan oleh pemerintah Meiji (1868–1912).
CAUTION : Saya Peringatkan bahwa data-data yang ada dalam postingan kali ini belumlah valid dan masih bersifat spekulatif atau masih berupa perkiraan atau pandangan saya dan masih perlu banyak penulusuran lebih lanjut terhadap data-data yang saya tampilkan. maka dari pengunjung blog dapat menyampaikan ralat atau kritiknya via komentar blog. terima kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar